Tema dies natalis unhas yang ke 54 adalah “ Peningkatan mutu akademik berbasis riset untuk menghasilkan insan akademis yang cerdas dan terampil dalam mewujudkan UNHAS sebagai Universitas Kelas Dunia “ Tema ini sangat tepat dan akan berimplikasi kedepanya menjadikan UNHAS sebagai Universitas berstandar internasional .Apa yang dimaksud dengan Standar Internasional, apa tolok ukurnya ? Dari aspek penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang dimaksud dengan universitas berstandar internasional adalah aktivitas kehidupan universitas tersebut harus menyelenggarakan riset yang berkualitas, menghasilkan produk-produk riset (artikel ilmiah, HaKI, Prototype, Konsep-konsep, Teori dll) yang bisa diandalkan dan diakui secara internasional. Produk-produks riset ini, selain dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran, juga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang ada disekitarnya . Pertanyaanya, bisakah sivitas akademika Unhas dibawah pimpinan Rektor Baru ( Rektor Jilid II) mewujudkan Unhas menjadi universitas berbasis riset kelas dunia ( Word Research University). Apakah Rektor Baru mampu menghantarkan Unhas sebagai universitas riset selama masa 4 tahun kedepan ? atau menaikkan rangking dunia dari 3092 minimal menjadi dibawah 1000 atau dari tingkat ASEAN rangking ke 99 menjadi rangking dibawah 50 ??? ( versi Webometric Juli 2010, Lihat Tabel).
Pada bulan September tahun 2010, Unhas akan berusia genap 54 Tahun. Pada usia lebih setengah abad ini, berbagai prestasi di bidang riset telah diraih oleh sivitas akademika, sudah banyak produk penelitian, baik itu berupa artikel maupun konsep-konsep pembangunan yang digunakan masyarakat khususnya di Sulawesi Selatan. Kegiatan riset di Unhas merupakan bagian dari misi Unhas sebagai Knowledge Server dan Commununiversity dalam upaya menuju Universitas berkelas dunia ( World class university). Namun demikian, kalau dilihat dari rangking universitas dunia versi Webometrics, Unhas masih cukup tertinggal dalam ranking universitas dunia. Perlu mendapatkan apresiasi, pimpinan selama ini telah berusaha meningkatkan rangking unhas sebagai universitas dunia, namun hasilnya belum begitu memuaskan. Unhas mengalami kemajuan, pada tahun 2006 menduduki ranking universitas dunia ke 4104 dan pada tahun 2010 menurun ke 3092 ( Lihat Tabel ), namun prestasi ini melorot pada tingkat Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan – perubahan yang telah dilakukan selama ini memberi dampak terhadap penurunan ranking dan diharapkan dengan program – program yang dijabarkan dalam kertas kerja rektor baru, Unhas bisa mendekati ranking dibawah dua ribu, bahkan kalau bisa dibawah seribu pada tahun 2014
Sebagai informasi, perguruan tinggi yang terbaik di Indonesia, ITB berada pada urutan ke-8 di Asia Tenggara atau ke-569 di dunia, disusul UGM di peringkat ke-10 di Asia Tenggara dan ke-611 di dunia dan UI berada di peringkat ke -15 di Asia Tenggara dan ke 789 di dunia (Lihat Tabel). Penilaian peringkat tersebut terdiri atas empat kriteria, yaitu besar situs web (20%), banyaknya file (15%), Google schoolar (15%), dan visibility (50%). Hasil perangkingan ini menunjukkan perguruan tinggi di Indonesia masih tertinggal dibanding dengan universitas dinegara-negara yang sudah maju seperti Inggris, Amerika Serikat,Jepang dll.
World University Rangking ( Webometric) | ||||||
Perguruan Tinggi | Rangking Tingkat Asia Tenggara | Rangking Tingkat Dunia | ||||
2006 | 2007 | 2010 | 2006 | 2007 | 2010 | |
ITB | 10 | 13 | 8 | 927 | 1046 | 569 |
UGM | 12 | 12 | 10 | 1076 | 939 | 611 |
UI | 52 | 31 | 15 | 3024 | 1966 | 789 |
UK PETRA | 59 | 49 | 25 | 3195 | 2546 | 1117 |
IPB | 62 | 59 | 26 | 3425 | 2988 | 1127 |
ITS | 68 | 73 | 31 | 3708 | 3530 | 1348 |
UNHAS | 78 | 77 | 99 | 4104 | 3693 | 3092 |
UNIV BINUS | 81 | 79 | 79 | 4237 | 3873 | 2611 |
UNAIR | 97 | 95 | 36 | 4959 | 4407 | 1474 |
Oleh karena itu perlu mengkaji secara komprehensif tentang kondisi yang bagaimana yang seharusnya dilaksanakan oleh suatu perguruan tinggi ( Universitas) dalam meningkatkan kualitas riset dilaksanakan suatu perguruan tinggi. Kondisi yang dimaksud adalah kualitas dan kuantitas sumberdaya peneliti, infrastruktur riset, budaya riset para peneliti dan manajemen riset yang dilaksanakan suatu perguruan tinggi . Faktor eksternal yang berhubungan dengan perkembangan iptek juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan perguruan tinggi dalam menggapai universitas berbasis riset.
Universitas berbasis riset merupakan universitas yang menyelenggarakan program sarjana, pendidikan pasca sarjana (master) hingga program doktor dan memberikan prioritas yang tinggi pada penelitian. Komitmen terakhir ini yang mendorong universitas menjadi sebuah entitas penghasil pengetahuan baru. Sebagai konsekuensinya, universitas riset mendasarkan kemampuan riset staf akademiknya sebagai pertimbangan utama penugasan, promosi dan jabatan. Dampaknya peran universitas sebagai tempat pengembangan keilmuan dan budaya terus berkembang. Universitas berbasis riset dengan dosen yang mengajar tak hanya berdasarkan text book, tetapi juga berlandaskan hasil riset mereka. Universitas yang membangun iklim positif bagi penelitian, yang hasilnya berguna bagi kesejahteraan masyarakat.
Sayangnya, banyak perguruan tinggi / universitas di Indonesia, karena terkendala factor keuangan yang terbatas, mengkomersilkan pendidikannya (dalam tanda kutip !!) dengan jalan menawarkan berbagai skim kepada orang tua calon Maba untuk masuk suatu program studi dengan membayar tarif tertentu. Meskipun hal ini bukan hal yang salah, dari pada orang tua menyekolah keluar negri bagi yang mampu, lebih baik di dalam negeri dan dananya dipakai untuk subsidi peningkatan kualitas akademik. Sudah seyogyanya mulai harus dipikirkan oleh pimpinan perguruan tinggi bagaimana suatu universitas menjadi universitas riset yang dapat mengkomersialkan hasil riset sivitas akademikanya. Unhas salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia masih perlu meningkatkan aktivitas risetnya, sebab aktivitas riset di universitas tak bisa ditawar lagi, merupakan tulang punggung pengembangan keilmuan, baik dalam lingkup lokal maupun global. Ia harus dibaca sebagai kerja akademis yang berorientasi pada investasi jangka panjang .
Beberapa perguruan tinggi di Sulawesi Selatan sudah ada yang mencanangkan untuk menjadi Universitas Riset, untuk itu perlu beberapa perubahan mendasar, yaitu: (a) Pergeseran paradigma pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi: Pendidikan, Riset dan Pengabdian berubah menjadi Pendidikan dan Pengabdian berbasis Riset (Research based Education and Community Services), dan (b). Peningkatan kemampuan entrepreneurship pada setiap kegiatan riset dengan tanpa mengurangi mutu ilmiahnya. Adapun inti dari kedua perubahan di atas adalah pengembangan kultur riset (research culture) atau peningkatan atmosfer riset (research atmosphere) untuk menunjang pembelajaran, pengabdian dan kemandirian perguruan tinggi.
Strategi peningkatan kualitas Riset Perguruan Tinggi.
Seperti yang telah dikemukan diatas, tolok ukur dari indicator riset yang dilihat dalam penentuan ranking universitas dunia adalah publikasi ilmiah di jurnal internasional dan kuantitas publikasi yang dirujuk (citation), besarnya akses internet, kerjasama penelitian dengan peneliti internasional, prestasi penghargaan internasional yang diraih staf peneliti. Tolok ukur lainnya, yaitu jumlah mahasiswa asing yang ada di perguruan tinggi tersebut, jumlah staff pengajar asing dan kualifikasi staf pengajar, rasio dosen dan mahasiswa, tingkat keketatan mahasiswa baru serta penghargaan dunia yang diperoleh oleh para alumni.
Strategi yang pertama, Perguruan tinggi harus mempunyai roadmap riset (peta arah penelitian) yang andal untuk mengetahui sampai sejauhmana perkembangan riset pada kelompok-kelompok peneliti/ pusat-pusat penelitian / individu peneliti / program studi / fakultas, apa saja yang sudah diteliti, apa yang sedang diteliti dan apa yang masih perlu diteliti untuk menghasilkan produk riset unggulan. Roadmap riset yang dibuat setiap Unit Kerja ( Pusat-pusat Studi, Laboratorium, Program Studi / Jurusan, Bagian) yang ada di lingkungan perguruan tinggi wajib berhubungan dengan riset unggulan maupun program riset yang diminati unit kerja. Dengan adanya riset unggulan tersebut, maka dana riset yang terbatas akan lebih efisien dan efektif dalam pemanfaatnnya sehingga diharapkan dalam jangka waktu tertentu menghasilkan suatu produk riset universitas yang dapat diandalkan dan dibanggakan. Roadmap riset ini perlu diteruskan dengan Roadmap Pengabdian pada Masyarakat agar produk riset dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum atau usaha kecil menengah, maupun kerjasama dengan industri / swasta . Kedua roadmap ini juga harus diintegrasikan dengan kegiatan akademik untuk meningkatkan mutu lulusan perguruan tinggi. Pemanfaatan produk-produk riset untuk kepentingan pembuatan bahan ajar dan pengembangan ilmu pengetahuan dan kualitas proses belajar-mengajar masih sangat kurang, akan tetapi untuk kepentingan percepatan lama studi mahasiswa adanya riset kompetitif dari dosen pembimbing sangat membantu mahasiswa. Namun demikian, roadmap ini akan mubazir kalau tidak ditopang dengan dana yang berasal dari PT sendiri, maupun dana yang diperoleh oleh peneliti melalui proposal penelitian kompetitif yang berasal dari Dikti, Kementrian Ristek, LIPI, dan instansi lainnya.
Str tegi kedua , mengembangkan kultur riset yang sehat melalui: (a) Pemberian penghargaan kompetitif tahunan kepada para peneliti perguruan tinggi yang unggul dalam 4 (empat) kategori, yaitu: publikasi ilmiah internasional, riset aplikatif-kolaboratif, riset inovatif-inventif (paten atau layak paten) dan riset pengabdian kepada masyarakat, (2). Peningkatan fasilitas riset, baik pembinaan periset muda/junior maupun pemberian dana bantuan untuk publikasi internasional, pendaftaran paten, pelaksanaan seminar internasional bagi para peneliti senior, (3). Peningkatan kinerja (baik kuantitas maupun kualitas) riset dengan pendekatan multidisipliner dan penerapan system penjaminan mutu penelitian. Penjaminan mutu riset dimaksudkan agar risetyang dilaksanakan di perguruan tinggi baik yang merupakan riset dasar maupun riset terapan memiliki kualitas yang diharapkan dan relevansi yang kuat bagi perkembangan masyarakat lokal dan global yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan sosial, demokrasi dan perdamaian. Riset yang juga diharapkan meningkatkan etos kerja, kejujuran dan tanggungjawab dalam riset. Penjaminan mutu dalam bidang riset sejauh ini merupakan work-inprogress, dan diharapkan merupakan arus utama dalam pelaksanaan kebijakan riset di perguruan tinggi. Beberapa kelemahan penelitian yang ada pada suatu perguruan tinggi yang belum mengembangkan kultur riset, adalah rendahnya daya saing peneliti dalam mendapatkan penelitian kompetitif yang disebabkan belum mampu membuat proposal yang baik yang merupakan konsekuensi dari peneliti tidak bisa mengidentifikasi masalah penelitian, rendahnya penguasaan metode riset, kurangnya ide, rendahnya kreativitas, kurang membaca jurnal ilmiah mutakhir dibidangnya atau kurangnya fasilitas sarana dan prasarana laboratorium. Data yang ada di Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat ( DP2M-DIKTI) masih menunjukkan angka yang relative rendah partisipasi Perguruan Tinggi Kawasan Timur Indonesia partisipasi dosen (PTN / PTS) yang mengajukan proposal kompetitif yang didanai Dikti, sehingga proporsi dosen yang menerima hibah penelitian cukup rendah dibanding dengan PTN/PTS yang ada di Kawasan Barat Indonesia ( Jawa dan Sumatera.)
Strategi terakhir adalah meningkatkan efektivitas, efisiensi dan mutu kelembagaan dibidang riset, meliputi aspek Monev dan inventarisasi kinerja /aktivitas riset untuk setiap pusat – pusat riset, kajian peleburan pusat riset yang bidang kajiannya mirip. fit and proper test bagi calon ketua pusat-pusat riset. Mengembangkan Penerbitan Jurrnal Ilmiah Terakreditasi di universitas untuk memfasiltasi penerbitan artikel ilmiah hasil penelitian dosen-dosen perguruan tinggi. Mengembangkan dan memperbaiki situs website perguruan tinggi dan unit-unit kerjasebagai sarana informasi bagi dunia maya serta merupakan faktor penilaian scholarsip yang mencerminkan banyaknya karya ilmiah yang dipublikasikan melalui situs web. Mendirikan dan mengembangkan Gugus HaKI untuk memfasilitasi peneliti yang mau mendaftarkan produk penelitiannya mendaoatkan Hak Kekayaan Intelektual ( Paten, Hak Cipta, dll). Mengembangkan bidang layanan Kebun Pendidikan, Risetdan Pengembangan sarana riset lapangan ( Kebun percobaan / Tambak / Ranch, Teaching Farming) dengan layanan lahan untuk pendidikan, riset dan pengembangan. Standardisasi laboratoratorium yang ada di lingkungan universitas melalui pengajuan akreditasi laboratroium.
Ketiga strategi peningkatan kualitas tersebut diatas dan kaji tindaknya, kalau dilaksanakan dengan baik, holistic dan berkesinambungan akan membantu suatu perguruan tinggi untuk mempercepat peningkatan ranking universitas kelas dunia. Prinsipnya, penilitian yang berkualitas akan menghasilkan teknologi yang terbukti keandalannya, artikel ilmiah yang dapat dipublikasikan di jurnal internasional, kebijakan atau konsep yang dapat diterapkan dan Haki yang innovative dan marketable.
Tantangan Perguruan Tinggi dalam Meningkatkan Kualitas Riset .
Tantangan yang menghadang di depan mata adalah globalisasi, meski dalam hal ini, globalisasi adalah pisau bermata dua. Globalisasi menempatkan perguruan tinggi di bawah tekanan pasar. Dan pasar selalu berarti orientasi pragmatis-ekonomis. Hampir seluruh dana tersedot untuk riset-riset berbasis kepentingan pasar. Pengembangan infrastruktur dan sumber daya pun tak jauh bergeser dari orientasi itu. Namun, globalisasi pun menghasilkan dampak yang menggembirakan bagi aktivitas riset perguruan tinggi. Kompetisi yang kini bekerja secara global memaksa perguruan tinggi memacu kegiatan riset oleh sumber daya yang dimilikinya. Sebab kuantitas dan kualitas riset sekarang menjadi ukuran penting bagi akreditasi perguruan tinggi di mata internasional.
Tantangan lain selain globalisasi adalah peran serta perguruan tinggi dalam berpartisipasi pembangunan lokal ( Sulsel) , regional ( Kawasan Timur Indonesia ) maupun secara nasional. Sampai sejauh mana hasil riset para peneliti perguruan tinggi telah dimanfaatkan oleh masyarakat maupun pemerintah daerah ? Masalah –masalah pembangunan yang ada , seperti halnya peningkatan tingkat kemiskinan dan pengangguran, rendahnya mutu pendidikan, rendahnya produktivitas komoditas pertanian untuk ekspor, menurunya kesehatan masyarakat, mitigasi bencana alam, damapk pemanasan global, konflik sosial dll perlu mendapat perhatian dari para periset perguruan tinggi untuk dicarikan solusinya. Konsep – konsep pembangunan yang diajukan / ditawarkan kepada pengguna harus berdasarkan hasil riset yang valid dan dapat dipercaya, jika tidak, maka implikasi dari konsep tersebut tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.
Kultur riset di perguruan tinggi tidak jatuh dari langit. Ia membutuhkan habituasi. Riset harus menjadi kultur yang kental mewarnai perilaku akademisi. Sayang, kultur keilmuan kita belum sematang universitas-universitas di luar negeri. Riset seolah hanya kegiatan sekali atau dua kali seumur hidup untuk menjaring gelar. Layaknya pernikahan, riset dipandang sebagai momen sakral dalam rentang hidup seorang akademisi. Perpustakaan dan laboratorium dipenuhi pengajar yang sibuk bekerja untuk keperluan tesis atau disertasi. Tak banyak yang sungguh memanfaatkan untuk pengembangan keilmuan. Tak heran, sebagian besar dosen sekadar menjadi reprodusen bukan produsen ilmu. Silabus yang sama dipakai mengajar selama bertahun-tahun tanpa sekalipun direvisi. Penelitian yang sama diulang untuk mendapat sumber dana skim penelitian lain dari instansi lain.
Alih-alih menjadi basis kegiatan riset, universitas pun menjelma sebagai ajang kompetisi perebutan gelar. Masing-masing pengajar berlomba mengumpulkan kredit demi posisi akademis. Perlombaan yang lebih politis ketimbang epistemis. Office politics yang kental sedang meliputi dan mendistorsi kinerja akademis staf dosen. Posisi strategis dan gelar akademis sungguh telah membutakan mata terhadap eksplorasi keilmuan. Ilmu itu sendiri akhirnya tersimpangkan dari fokus riset. Ini sungguh bukan kultur keilmuan yang sehat. Universitas riset kelas dunia memerlukan sosok periset yang mau berkonsentrasi sepenuhnya pada pengembangan ilmu itu sendiri.
Dalam kondisi seperti itu, mampukah universitas menghasilkan periset-periset ulung yang beriman pada eksplorasi dan kedalaman? Mampukah perguruan tinggi (Universitas Hasanuddin) melahirkan periset-periset yang-meminjam istilah fisikawan Richard Feynman-memperoleh kesenangan dalam memecahkan teka-teki kenyataan? Sebelum pertanyaan ini dijawab, persoalan transfer kultural dalam atmosfer keilmuan perguruan tinggi (Universitas Hasanuddin) mesti dipersoalkan dan ini tugas berat bagi pimpinan baru Unhas ( Rektor Jilid II). Semoga berhasil … Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar